Bisnis 100% Tanpa Modal
Selamat datang di Blog Kami, menampilkan Berbagai informasi unik dan menarik dari berbagai sudut di seluruh dunia. Semoga anda dapat menikmati Informasi yang Kami sajikan

Senin, 09 Juli 2012

Cerpen : Penyesalan Yang Terlambat

Musibah yang baru kemarin terjadi seolah terulang. Hari ini, ayahku menjadi korban perampokan. Satu unit mobil APV beserta isinya habis diambil pelaku. Aku sangat bersyukur karena nyawa ayahku selamat. Ayahku sangat syok karena kejadian yang baru saja dialaminya hampir merengkuh nyawanya. belum juga satu unit mobil yang didalamnya berisi Laptop, handphone, serta surat-surat berharga yang setiap hari ia membawanya lenyap begitu saja. Kejadian ini telah membuat heboh para tetangga yang berdatangan ingin melihat keadaan ayahku. Entah ini cobaan atau hukuman.
Tiga hari berlalu. Wajah ayahku masih kulihat gelap. Aku tak ingin mengajaknya bicara panjang lebar, karena kutahu ia sangat keras terlebih ia baru saja mendapat kejadian yang membuatnya sangat syok. Semakin hari sifat ayahku berubah. Ayahku  juga sering kudengar memaki-maki kedua adik kecilku. Kedua adikku masih kuanggap dibawa umur yang tidak pantas diperlakukan seperti itu. Vira berumur tiga tahun dan Didit berumur enam tahun. Aku terkadang membela adik-adikku ketika sedang dimarahi ayah hingga  aku juga ikut menjadi korban pelampiasan ayah. Hati kecilku ini selalu menangis melihat adik-adik kecilku yang  ditinggal ibunya entah kemana diperlakukan seperti itu. Kadang-kadang aku membawa adikku ikut ke sekolah, terutama Vira adikku yang paling kecil. Aku tidak tega adik-adikku tersayang menjadi sasaran murka ayahku. namun, bagaimanapun ia tetap ayahku. Kuyakin ia masih memiliki rasa sayang terhadap anak-anaknya. Mungkin semua ini hanya karena ayah tidak tahan menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi ini. Ditambah ayahku baru saja berpisah dengan ibuku.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan aku mulai bosan mendengar perkataan-perkataan ayahku yang bernada tinggi. Tampaknya kedua adikku mulai benci kepada ayah. Namun aku berusaha mengharumkan nama ayah di depan mereka. Sejujurnya Aku  juga mulai benci ayah. Hanya setitik tinta di hatiku yang menyatakan ayah melakukan semua ini hanya untuk anak-anaknya. Ku berusaha melawan semua itu. Hingga perlahan-lahan ku mulai menentang hati kecilku itu dan selalu berperisangka baik kepada ayah.
 Ayahku ingin membeli sebuah mobil baru untuk dipakainya pulang-pergi kantor. Aku dan adik-adikku juga ikut senang terutama adik terkecilku yang sangat aku sayang. Ia sangat ingin bertemu Ibu.
“jika ayah punya mobil baru, kita semua akan pergi menemui ibu!. Janjiku kepada kedua adikku.
Setiap kali aku berkata begitu adik-adikku tampak senang dan keceriaan diwajahnya sangat tampak. Meskipun perkataanku itu belum pasti benarnya. Aku sendiri saja tidak tau keberadaan dan keadaan ibu seperti apa sekarang. Ini semua kulakukan hanya untuk menghibur adikku sehabis dimarahi ayahku. Dan pernah suatu ketika aku bertanya kepada ayah mengenai keadaan ibu ayahku sangat marah. Dari nada perkataannya ia sepertinya sangat benci kepada ibuku. Aku tidak tau apa yang sebenarnya telah terjadi pada kedua orang tuaku.
***
“Ya Allah berikanlah kami ketabahan menjalani semua ini, janganlah Engkau menjadikan kami sebagai hamba-hamba yang tidak pandai bersabar. Ampunilah kami semua jika kami telah berbuat salah. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Itulah doa yang setiap kali kupanjatkan ketika habis shalat berjamaah bersama adik-adikku. Aku sendirilah yang mengurus adik-adikku mulai dari pagi hingga malam hari. Aku sadar sendiri bahwa kami tidak seperti dulu lagi. Dimana ibu tidak lagi ada. Jadi akulah yang mengganti peran ibu entah untuk sementara ataukah selamanya.
***
Hari ini hari senin. Aku agak cepat ke sekolah. Vira dan Didit masih tertidur pulas. Aku tak ingin mengganggunya yang lagi tidur. Ku cium kening kedua adikku sebelum ku berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku kurang berkonsentrasi menerima pelajaran. Tiap menit kuingat adik-adikku di rumah. Sangat jarang kulihat mereka bahagia. Aku ingin sekali membahagiakan mereka.
“Tteeet!!
Bunyi bel menandakan proses belajar mengajar telah selesai. Aku bersegera meninggalkan kelas berlari menuju sebuah toko mainan anak-anak. Aku sengaja menyimpan beberapa uang jajanku untuk membelikan kedua adikku mainan. Didit kubelikan Game Mini,  sedangkan Vira ku belikan jam tangan berwarna pink mirip dengan jam tangan pemberian ibu yang sudah rusak beberapa hari lalu. Secepatnya aku meninggalkan toko tersebut menuju rumah. Aku sangat bersyukur bisa membelikan sesuatu untuk adik-adikku tercinta. Terutama Vira yang ingin sekali dibelikan jam tangan berwarna pink. Ku tidak sabar lagi ingin bertemu kedua adikku.
Tidak terasa Aku sudah berada di depan pagar rumahku. Hatiku tambah senang ketika kulihat mobil baru ayah di parkiran begitu bagus. Didit lagi asyik duduk-duduk santai di halaman rumah.
“oh ia Dit aku beliin kamu sebuah mainan!. Kata ku sambil memberikan Game mini kepadanya. Aku sangat bahagia melihat Didit begitu senang menerima pemberianku.
“sudah lama kurindukan keceriaanmu Dit!. Oh ia Vira mana? Tanyaku pada didit.
“Vira lagi menggambar Kak!!” jawabnya.
“Di mana? Kok Didit nggak bilang kalau Vira senang menggambar?. Tanyaku dengan wajah berseri-seri.
“Vira lagi menggambar di mobil Ayah!! ucap didit sambil menunjuk kearah mobil baru Ayah.
Tak lama setelah Didit berkata ku dengar teriakan Ayah yang tidak seperti biasanya. Kedengarannya ia sangat marah. Aku tersentak kaget ketika kusaksikan Ayah memukul tangan Vira dengan ranting yang berduri. Aku langsung berlari menuju Vira. Beberapa kali ayah memukul tangan Vira dengan keras. Tapi apa daya, Aku anak perempuan yang hanya bisa berteriak kencang “Ayah kejam”. ku meneteskan air mata melihat Vira merintih kesakitan sambil memanggil-manggil namaku. Aku tak tahan dengan semua ini.
“Ayah! Vira masih kecil! Biar saya saja yang menggantikannya!” pintaku diabaikannya.
Kesedihanku semakin tampak ketika kulihat darah dari tangan Vira mengalir begitu banyak. Ku tidak menyangka ayah bisa sekejam ini. Kenapa ayah lebih mencintai mobil daripada anak sendiri. Kenapa ayah?. Mungkinkah ini alasannya Ayah dan ibu berpisah.
“Ayah kejam!!”. Rintihanku mengguncang langit dan terjatuh.
***
Beberapa saat kemudian aku mulai sadarkan diri. Aku sempat lupa apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ingatanku kembali ketika ku melihat darah di lantai. Aku kembali mencari Vira dengan tergesa-gesa. Aku sangat khawatir keadaan Vira. Aku sangat takut terjadi apa-apa sama Vira. Lalu kudengar suara orang-orang di depan rumahku. Sepertinya semua orang sudah mengetahui apa yang telah terjadi. Belum sampai di luar seseorang menahanku.
“Mana Vira?”, Mana adik saya?”.
“Vira lagi dibawa ke rumah sakit dik!” seru seseorang yang tidak ku kenal.
Aku hanya bisa duduk termenung mendoakan Vira, adikku. Hatiku mendobrak-dobrak ingin keluar. Mungkin Vira lagi mencariku sekarang. Ataukah Vira lagi ingin memakai jam tangan pemberianku yang belum sempat ia pakai. Vira masih kecil. Vira belum tahu apa-apa. Tidak sepantasnya ayah memperlakukan Vira seperti itu. Ya Allah, lindungilah Vira.

***

Keesokan harinya aku merasa sangat lega. Suara mobil ayah telah kudengar fari ruang kamarku. Ku ambil tasku yang berisi jam tangan berwarna pink kesukaan Vira. Aku bergegas lari mendatangi Vira. Belum sampai di pintu wajahku yang tadinya ceria berubah menjadi gelap. Tubuhku dipenuhi badai. Ku tak bisa berkata apa-apa lagi. Seolah ini scenario yang berlebihan. ini semua  di luar pikiranku. Kini Vira tidak bisa lagi mengenakan jam tangan pemberianku. Kedua tangannya telah diamputasi. Vira hanya bisa duduk lemas di atas kursi roda memanggil-manggil namaku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Read more: http://www.bum1.info/2012/04/cara-membuat-navigasi-paging-halaman.html#ixzz2DDsimLpV